Oleh: PURYANTO
Suatu malam
bermandikan hujan, tampak seorang pemuda yang sedang berteduh di depan sebuah
rumah, sebagai pengembara pemuda yang sedang kehabisan bekal bermaksud berhenti
sejenak menghilangkan kepenatannya sambil menahan rasa lapar yang tengah
melilit.
Belum lama
berselang tampaklah seorang ibu paruh baya sipemilik rumah, buru-buru pemuda
menyapa dengan sopan,” ma’af bu….saya disini hanya berteduh,,,mohon ibu
mengizinkan dan tidak terganggu”. Sambil menganggukkan kepala si ibu tersenyum
bijak dan dan kembali kebelakang.
Beberapa
detik kemudian ibu tadi datang lagi dan menghampiri pemuda tersebut, dengan
membawa segelas susu dan spotong roti “ ini ada sedikit minuman dan makanan
nak, kelihatannya anak ini sedang kedinginan dan kelaparan, silahkan dimakan
nak, hanya ini yang ibu punya”. Walaupun dengan rasa malu, tapi karena lapar
yang menggigit lalu dihabiskan semua yang disajikan.
Beberapa
tahun kemudian, dikisahkan seorang ibu tergesah-gesah dibawa keruma sakit dalam
keadaan kritis dan tidak sadar karena penyakit akud yang dideritanya, untuk
menolong nyawa si ibu dokter mengambil tindakan operasi.
Beberapa
hari kemudian masih dalam proses penyembuhan si ibuk gelisah dan tidak tenang
dia memikirkan “ biaya operasi seperti ini pasti mahal harganya darimana aku
harus membayarnya”. Karena ingin segera pulang ia meberanikan diri untuk
menanyakan biaya tagihan yang harus dibayarnya. Karena tanpa melunasi semua
biaya, pasien tidak diperkenankan meninggalkan rumah sakit.
Petugas
rumah sakit menemuinya sambil membawa amplop yang berisi sepucuk surat, bukan
tagihan seperti yang ditanyakan, dengan penuh tany dalam hati dibuka dan
dibacanya surat itu
“Ibu yang baik hati, perkenalkan saya adalah dokter
spesialis yang mengoperasi ibu, semua biaya rumah sakit sudah saya lunasi
sebgai rasa ucapan terima kasih saya kepada ibu, atas pemberian segelas susu
dan sepotong roti pada saya, saat saya numpang berteduh di rumah ibu beberapa
tahun yang lalu. Semoga kesehatan bersama ibu”.
Selesai
membaca surat, meneteslah air mata haru bercampur lega. Dia tidak pernha
menyangka bahwa perbutan baik tanpa pamri waktu itu membuahkan hasil yang tidak
terkira nilainya, karena bukan hanya jiwanya yang tertolong, biaya rumah sakit
pun lunas tanpa membayar sepersen pun.
Pembaca
yang budiman, kisah ini mengajarkan kepada kita akan pentingya melakukan
perbuatan baik, walau sekecil apapun perbuatan itu. Karena pada dasarnya bias
berbuat baik merupan tanggung jawab kita sebgai manusia. Untuk itu mari kita
latih diri kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan bermanfaat,
dan sebaliknya jangan pernha terniat untuk melakukan perbuatan jahat,
menyakiti, apalagi sampai membuat orang
lain mederita.
Untuk mengakhiri tulisan ini penulis
teringat sebuah pepata
“ Bila kita berbuat baik, walau rezki belum datang tetapi bencana sudah
menjauh”
“bila kita berbuat jahat, walau bencana belum datang tetapi rezki sudah
menjauh”
Untuk itu kita tinggal pilih, karena “padi ditaman rumpuik ikuik tumbuah, apo lai
kalau kito batanam rumpuik”…ok bro..wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar