WELCOME

Senin, 30 April 2012

KISAH INSPIRASI: SEPOTONG ROTI DAN SEGELAS SUSU PEMBAYAR BIAYA OPERASI


Oleh: PURYANTO
Suatu malam bermandikan hujan, tampak seorang pemuda yang sedang berteduh di depan sebuah rumah, sebagai pengembara pemuda yang sedang kehabisan bekal bermaksud berhenti sejenak menghilangkan kepenatannya sambil menahan rasa lapar yang tengah melilit.
Belum lama berselang tampaklah seorang ibu paruh baya sipemilik rumah, buru-buru pemuda menyapa dengan sopan,” ma’af bu….saya disini hanya berteduh,,,mohon ibu mengizinkan dan tidak terganggu”. Sambil menganggukkan kepala si ibu tersenyum bijak dan dan kembali kebelakang.
Beberapa detik kemudian ibu tadi datang lagi dan menghampiri pemuda tersebut, dengan membawa segelas susu dan spotong roti “ ini ada sedikit minuman dan makanan nak, kelihatannya anak ini sedang kedinginan dan kelaparan, silahkan dimakan nak, hanya ini yang ibu punya”. Walaupun dengan rasa malu, tapi karena lapar yang menggigit lalu dihabiskan semua yang disajikan.
Beberapa tahun kemudian, dikisahkan seorang ibu tergesah-gesah dibawa keruma sakit dalam keadaan kritis dan tidak sadar karena penyakit akud yang dideritanya, untuk menolong nyawa si ibu dokter mengambil tindakan operasi.
Beberapa hari kemudian masih dalam proses penyembuhan si ibuk gelisah dan tidak tenang dia memikirkan “ biaya operasi seperti ini pasti mahal harganya darimana aku harus membayarnya”. Karena ingin segera pulang ia meberanikan diri untuk menanyakan biaya tagihan yang harus dibayarnya. Karena tanpa melunasi semua biaya, pasien tidak diperkenankan meninggalkan rumah sakit.
Petugas rumah sakit menemuinya sambil membawa amplop yang berisi sepucuk surat, bukan tagihan seperti yang ditanyakan, dengan penuh tany dalam hati dibuka dan dibacanya surat itu
“Ibu yang baik hati, perkenalkan saya adalah dokter spesialis yang mengoperasi ibu, semua biaya rumah sakit sudah saya lunasi sebgai rasa ucapan terima kasih saya kepada ibu, atas pemberian segelas susu dan sepotong roti pada saya, saat saya numpang berteduh di rumah ibu beberapa tahun yang lalu. Semoga kesehatan bersama ibu”.
            Selesai membaca surat, meneteslah air mata haru bercampur lega. Dia tidak pernha menyangka bahwa perbutan baik tanpa pamri waktu itu membuahkan hasil yang tidak terkira nilainya, karena bukan hanya jiwanya yang tertolong, biaya rumah sakit pun lunas tanpa membayar sepersen pun.
            Pembaca yang budiman, kisah ini mengajarkan kepada kita akan pentingya melakukan perbuatan baik, walau sekecil apapun perbuatan itu. Karena pada dasarnya bias berbuat baik merupan tanggung jawab kita sebgai manusia. Untuk itu mari kita latih diri kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan bermanfaat, dan sebaliknya jangan pernha terniat untuk melakukan perbuatan jahat, menyakiti, apalagi sampai membuat orang  lain mederita.
Untuk mengakhiri tulisan ini penulis teringat sebuah pepata
Bila kita berbuat baik, walau rezki belum datang tetapi bencana sudah menjauh”
“bila kita berbuat jahat, walau bencana belum datang tetapi rezki sudah menjauh
Untuk itu kita tinggal pilih, karena “padi ditaman rumpuik ikuik tumbuah, apo lai kalau kito batanam rumpuik”…ok bro..wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar