Oleh: SARIPUDIN (TPL-IKM Kuansing)
Pendahuluan
Minyak atsiri yang beredar dipasaran dunia sekitar
70 macam. Di Indonesia terdapat sekitar 40 spesies tanaman yang
menghasilkan minyak atsiri.
Telah dikembangkan 12 macam dan baru
diekspor 9 macam.
Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai
macam bagian tanaman seperti ; Akar, batang, ranting dan daun bunga dan
buah.
Jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri
sekitar
150-200 spesies tanaman yang termasuk dalam famili
pinaceae,
labiateae, compoisitae, lauraceae, myrtaceae dan
umbelliferaceae
Perkembangan Minyak Atsiri Dunia
Negara-negara
berkembang pada umumnya berusaha memproduksi jenis minyak atsiri yang
menjadi andalannya, seperti :
- Madagaskar : minyak cengkeh,
ylang-ylang
- Cina : minyak sereh, lemon, nilam, akar wangi
-
Tanzania : minyak cengkeh
- Srilanka : minyak pala, cengkeh,
kayu manis, palmarosa
- India : minyak lada, cendana,
eucalyptus, jahe
- Taiwan : minyak sereh wangi
- Haiti :
minyak akar wangi
- Thailand : minyak lada
- Malaysia :
minyak sereh wangi, nilam, lada
- Indonesia : minyak kenanga,
akar wangi, nilam,
cendana, cengkeh, sereh wangi, pala
Perkembangan
Industri Minyak Atsiri Indonesia
Industri pengolahan minyak
atsiri di Indonesia telah mulai didirikan sejak zaman penjajahan namun
sangat lambat karena pengolahannya masih dengan cara tradisional.
Hingga
tahun 1993 jumlah jenis minyak atsiri Indonesia yang berhasil memasuki
pasaran dunia hanya 14 jenis, sedangkan jumlah komoditas minyak atsiri
yang diperdagangkan di pasar dunia terus meningkat dari tahun ke tahun
hingga mencapai sekitar 70 jenis dan sekitar 40 jenis diantaranya dapat
diproduksi di Indonesia.
Jenis tanaman minyak atsiri yang saat
ini telah dan sedang dikembangkan sekaligus diprduksi minyaknya, antara
lain : akar wangi, cendana, cengkeh, jahe, kamper, kayu manis, kayu
putih, kemukus, kenanga, lada, nilam, pala, dan sereh wangi.
Jenis
tanaman minyak atsiri lainnya yang mempunyai peluang untuk dikembangkan
yaitu : adas, eucalyptus, tangkai bunga cengkeh, gandapura, kapulaga,
lemon, jeruk, melati, palmarosa, dan peppermint.
Sentra produksi
minyak atsiri di Indonesia antara lain :
-Nangroe Aceh
Darussalam (minyak nilam, pala)
-Sumatra Utara (minyak nilam)
-Bengkulu
(minyak jahe)
-Jawa Barat (minyak akar wangi, daun cengkeh,
sereh wangi, jahe)
-Jawa Tengah (minyak daun cengkeh, minyak
jahe, minyak kenanga)
-Jawa Timur (minyak daun cengkeh, minyak
kenanga)
-Maluku (minyak pala, kayu putih)
-Nusa
Tenggara Timur (minyak cendana)
Karakteristik Minyak Atsiri
Minyak
atsiri atau minyak etheris atau volatile oil merupakan minyak yang
mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai
rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya. Pada umumnya minyak jenis ini larut didalam
pelarut-pelarut organic dan tidak dapat larut didala air.
Minyak
atsiri secara umum terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H),
dan oksigen (O), kadang-kadang juga terdiri dari nitrogen (N) dan
belerang (S). Minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah
kecil yang merupakan komponen yang tidak menguap. Berdasarkan komposisi
kimia dan unsur-unsurnya minyak atsiri deibagi dua, yaitu Hydrocarbon
dan Oxygenated hydrocarbon.
Kegunaan Minyak Atsiri
1.Sebagai
bahan pewangi dan penyedap.
2.Sebagai bahan antiseptic internal
dan eksternal, bahan analgesic, haemolitic atau sebagai antizymatik,
sebagai sedative, stimulats untuk obat sakit perut, dan sebagai obat
cacing.
3.Sebagai penyedap yang mepunyao bau yang menyenangkan
dan juga membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi.
4.Sebagai
penetralisir bau yang tidak enak dari bahan, seperti bau busuk dari
kulit sintetis.
Metode Pengambilan Minyak Atsiri
Metode
pengambilan minyak atsiri dapat dilakukan melalui 3 metode, yaitu :
1.
Metode Penyulingan.
2. Metode Ekstraksi Dengan Pelarut.
3.
Metode Pengempaan.
1. Metode Penyulingan
Dalam industri
minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan, yaitu :
1.
Penyulingan dengan air (water destilation).
2. Penyulingan
dengan air dan uap (water and
steam destilation).
3.
Penyulingan dengan uap langsung ( steam
destilation)
Peralatan
Penyulingan
Alat-alat yang diperlukan dalam penyulingan
tergantung pada banyaknya bahan dan metode penyulingan yang dilakukan.
Ada tiga bagian alat yang merupakan peralatan dasar, yaitu : ketel
suling (retor), pendingin (kondensor), dan penampung hasil kondensasi
(receiver), sedangkan untuk penyulingan uap diperlukan bagian tambahan
yaitu ketel uap.
1.Ketel Suling (retor), berfungsi sebagai wadah
air dan atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan serta untuk
menguapkan minyak atsiri.
2.Pendingin (kondensor), berfungsi
untuk mengubah seluruh uap air dan uap minyak menjadi fase cair.
Kondensor terdiri dari 4 tipe, yaitu : kondensor kisi, kondensor pipa
lurus, kondensor berpilin, kondensor tubular.
3.Penampung hasil
kondensasi (receiver) yang berupa alat pemisah minyak (decanter) yang
berfungsi untuk memisahkan minyak dari air suling (condesed water),
dimana air suling tersebut akan terpisah secara otomatis dari minyak
atsiri.
4. Ketel uap berfungsi sebagai sumber penghasil uap.
Kelemahan
– kelemahan Metode Penyulingan
1.Penyulingan dengan uap air
atau air mendidih yang relatif lama cenderung merusak komponen minyak
karena proses hidrolisasi, polimerisasi, dan resinifikasi.
2.Komponen
minyak yang bertitik didih tinggi, khususnya yang larut dalam air tidak
dapat diangkut oleh uap air sehingga rendemen minyak yang dihasilkan
lebih rendah.
3.Komponen tertentu dapat terurai di dalam air
suling dan tidak dapat diperoleh kembali.
Peralatan Penyulingan
Minyak Atsiri
2. Metode Ekstraksi Dengan Pelarut
Cara
kerja ekstraksi dengan pelarut yaitu dengan memasukkan bahan ke dalam
ketel ektraktor khusus dan kemudian ekstraksi berlangsung secara
sistematik pada suhu kamar dengan menggunakan petroleum eter sebagai
pelarut yang akan berpenetrasi ke dalam bahan dan melarutkan minyak
serta beberapa jenis lilin serta pewarna. Larutan tersebut kemudian di
pompa ke dalam evaporator dan minyak dipekatkan pada suhu rendah dalam
keadaan vakum sehingga diperoleh minyak yang pekat.
Minyak hasil
ekstraksi dengan pelarut mempunyai keunggulan, yaitu mempunyai bau yang
mirip bau wangi ilmiah.
Pelarut yang ideal harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dapat melarutkan semua jenis
zat wangi dengan cepat dan sempurna tetapi sedikit melarutkan bahan
seperti lilin, pigmen, dan senyawa albumin (selektif).
2.
Mempunai titik didih yang cukup rendah supaya pelarut mudah diuapkan
tanpa menggunakan suhu tinggi.
3. Pelarut tidak boleh larut
dalam air.
4. Bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan
komponen minyak.
5. Mempunyai titik didih yang seragam, dan jika
diuapkan tidak akan tertinggal dalam minyak.
6. Harga pelarut
harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar.
3. Metode
Pengempaan
Metode ini biasanya digunakan untuk mendapatkan
minyak jeruk seperti minyak lemon dan minyak orange.
Metode
pengempaan biasanya dilakukan dengan alat pengempaan (lumpang dan alu).
Pengelahan
Minyak Atsiri
Proses pengolahan minyak atsiri dengan metode
penyulingan dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut :
1.
Tahapan Persiapan Bahan
Tahapan persiapan bahan meliputi
perajangan / pengecilan ukuran dengan ukuran tergantung pada jenis
bahan, kecuali untuk bunga, daun atau bahan yang berukuran tipis.
Perajangan dimaksud membuka kelenjar minyak selebar mungkin sehingga
rendemen minyak lebih banyak dan waktu penyulingan lebih singkat.
2.
Tahap Proses Penyulingan
Adapun tahap penyulingan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a.Bahan tanaman sumber minyak
atsiri dimasukkan dalam ketel suling sesuai dengan kapasitas suling.
Pengisian bahan diusahkan jangan terlalu padat karena dapat mengurangi
efesiensi jumlah minyak yang tersuling, dan untuk penyulingan air bahan
harus terendam.
b.Bahan yang ada dalam ketel suling selanjutnya
akan dipanasi dengan uap panas yang basah serta memenasi sel atau
kantung kelenjar yang berisi minyak.
c.Uap yang telah memasuki
seluruh bahan akan keluar melalui leher ketel suling menuju kondensor
atau pendingin.
d.Selanjutnya di dalam kondensor, uap yang
terdiri dari air dan minyak akan diembunkan menjadi fase cair/destilat.
e.Destilat
akan tertampung dalam wadah pemisah air dan minyak. Karena ada
perbedaan berat jenis maka minyak dan air akan terpisah.
f.Proses
penyulingan selesai apabila destilat atau hasil sulingan yang ditampung
tidak mengandung minyak lagi. Lamanya proses penyulingan tergantung
bahan tanaman yang disuling.
Pengujian Minyak Atsiri
Pengujian
Sifat Fisika
A.Bobot Jenis
-Nilai bobt jenis minyak
atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada suhu 15oC dan pada umunya nilai
tesebut lebih kecil dari 1.000 untuk tiap jenis minyak
-Nilai
bobot jenis (BJ) minyak atsiri pada suhu 15oC / 15oC didefinisikan
sebagai perbandingan antara berat minyak pada suhu 15oC dengan berat air
pada volume air yang sama dengan volume minyak pada suhu 15oC.
-Untuk
penetapan nilai bobot jenis, ketelitian angka ditentukan sampai 3
desimal, sehingga alat hydrometer jarang digunakan. Neraca Mohrwestphal
dapat juga digunakan, tetapi membutuhkan sejumlah besar contoh minyak.
Piknometer dapat digunakan untuk menetapkan nilai bobot jenis secara
praktis.
-Untuk pekerjaan rutin nilai bobot jenis minyak dapat
ditentukan pada suhu kamar, kemudian dibandingkan dengan bobot jenis air
pada suhu 15oC dengan cara mengurangi nilai bobot jenis tersebut dengan
faktor koreksi pada suhu 15oC/ 15oC.
-Dalam penyidikan oleh
Bosart, nilai koreksi berkisar antara 0,00070 sampai 0,00099 per 1oC
berlaku untuk 42 jenis minyak atsiri yang diuji.
-Menurut “The
United States Pharmacopoeia” dan “The National Formulary” sebagian besar
nilai bobot jenis minyak atsiri dinyatakan dalam 25oC/ 25oC, sedangkan
menurut “The British Pharmacopoiea” penentuannya dilakukan pada 15,5oC/
15,5oC.
-Bobot jenis dapat dihitung dengan rumus :
B.
Putaran Optik
-Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan
dalam sinar atau cahaya yang dipolarisasikan mempunyai sifat memutar
bidang polarisasi ke arah kanan (dektrotatory) atau Kekiri
(laevorotatory).
-Sudut rotasi tergantung dari sifat cairan,
panjang tabung yang dilalui sinar, panjang gelombang sinar yang
digunakan dan suhu.
-Derajat rotasi dan arahnya penting untuk
menentukan criteria kemurnian arah perputaran bidang polarisasi biasanya
menggunakan tanda (+) untuk menunjukkan dextrorotation dan tanda (-)
untuk laevorotation.
-Pembacaan skala untuk cairan optis aktif
berbanding lurus dengan kolom tranmisi cairan, maka digunakan tabung
standar yang panjangnya 100 mm. jika tabung lebih panjang atau lebih
pendek dari 100 mm maka perhitungan rotasi dikalibrasikan dengan nilai
rotasi yang menggunakan tabung 100 mm.
Nilai putaran optik dari
minyak atsiri pada berbagai suhu biasanya tidak dihitung dan biasanya
pengukuran rotasi optik dilakukan pada suhu kamar. Biasanya tidak dibuat
koeksi putaran optil pada berbagai tingkat suhu kecuali pada minay
sitrus yang mengandung terpen aktif dalam jumlah besar.
C. Indek
Bias
-Jika cahaya melewati media kurang padat ke media lebih
pada, maka sinar akan membelok atau membias dari garis normal, jika e
adalah sudut sinar bias dan I sudut datang maka menurut hukum pembiasan;
Dimana n adalah indeks bias media kurang padat dan N
indeks bias media lebih padat
-Refraktometer adalah alat yang
tepat dan cepat untuk menentukan indeks bais. Dari beberapa tipe
refraktometer yang dianggap paling baik adalah refraktormeter Pulfrich
dan Abbe dengan kisaran 1,3-1,7.
-Dalam menentukan indeks
bias,minyak harus dijatuhkan dari panas dan cuaca lembab sebab uadara
dapat berkondensasi pada permukaan prisma yang dingin.
-Semua
Pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan tidak diperkenankan menggunakan
factor koreksi dibawah suhu 20oC.
-Pengukuran indeks bias di
atas atau dibawah suhu 20oC harus dilakukan koreksi. Jika indeks bias
suhu diatas 20oC maka nilai harus ditambah dengan faktor koreksi dan
sebaliknya.
D. Kelarutan
1.Kelarutan Dalam Alkohol
Kelarutan
minyak tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak.
Kelarutan dapat mudah diketahui dengan menggunakan alkohol pada berbagai
tingkat konsentrasi.
Kelarutan Dalam Media Non-Alcohol
Pada
minyak yang kaya akan komponern oksigeneted seringkali mengadung air
terlarut. Hal ini terutama terjadi pada minyak yang banyak mengandung
fenolat misalnya : Minyak Bay
E. Kenampakan dan Warna
Warna
dan kenmpakan minyak dilakukan secara organoleptik
F. Bilangan
Asam
Pengujian terhadap bilangan asam suatu minyak atsiri sebagai
berikut :
a.Menimbang 2,5 gram minyak atsiri dan labu
Erlenmeyer 250 ml.
b.Menambahkan 25 ml ethanol 95% dan 3 tetes
indicator PP (phenophtalein)
c.Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N
hingga tercapai warna merah muda dan mencatat ml NaOh yang digunakan
d.Apabila
dalam penentuan ini diperlukan NaOH 0,1 lebih dari 10 ml, maka analisis
harus diulangi lagi tetapi dengan menggunakan sampel 1 gr minyak yang
dititrasi dengan NaOH 0,5 N.
e.Bilangan asam suatu minyak
didefenisikan sebagai jumlah milligram KOH/NaOH yang diperlukan untuk
menetralisir asam bebas dalam 1gr minyak atsiri dan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut
G. Bilangan
Ester
a.Menimbang 1,5 gr sampel minyak dalam Erlenmeyer 250 ml
b.Menambahkan
5 ml ethanol 95% dan 3 tetes indicator PP
c.Menetralkan asam
bebas yang terdapat dalam larutan tersebut dengan menggunkan NaOH 0,1 N
hingga terbentuk warna merah
d.Menambahkan beberapa tetas lagi
indicator PP dan titrasi kelebihan NaOH 0,5 N dengan menggunkan HCL 0,5 N
hingga kembali semula
e.Melakukan cara yang sama untuk
memperoleh titrasi blanko
f.Bilangan ester didefenisikan sebagai
jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan ester yang
terdapat dalam 1 gram minyak dan dihitung dengan rumus :
Bilangan
Penyabunan
Bilangan penyabunan dapat ditentukan dengan bilangan
asam dan bilangan ester
Tidak ada komentar:
Posting Komentar